Wednesday, December 31, 2014

BELIEVE (1.4)

Part 3. Kehadirannya

Teng Tong
"Okey, PRnya jangan lupa dikerjakan. Kita ada kelas lagi hari Rabu ya, Rabu pagi dikumpulin di meja guru seperti biasa, banyak latihan soal, karena bentar lagi kita Midtest Pembelajaran Mat 1"
"Iya Bu", jawab para murid serentak. Sang guru berkacamata itupun meninggalkan kelas, tak lebih 5 langkahnya dari kelas, suasana kelas yang asalnya tenang pun berubah drastis menjadi gaduh.
Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 11, yang berarti ada 1 mata pelajaran lagi sebelum pulang sekolah. Dari jam dinding, pandanganku langsung kubanting ke sebelah kanan , terpapar lapangan yang luas dengan tumbuh-tumbuhan di pinggirnya dan bendera merah putih yang berkibar karena angin yg cukup besar, ada untungnya juga kelas di lantai 2, pemandangannya asyik. Siang ini sangat cerah, sehingga membuat lapangan dan genting sekolah terlihat sangat panas sampai menghasilkan uapnya.
"Key!" panggil Boni dari arah samping kiri belakang. Aku pun menoleh ke samping karena tempat dudukku berada di meja ke4 dari depan paling kanan dan sebelah jendela.
"Apa?!" teriakku, karena keadaan kelas masih sangat gaduh sampai ada seseorang yang berada di depan kelas menulis gambar2 abstraknya.
"Nanti ngerjain PRnya bareng yah, sambil main kartu..."
"Iyee.." jawabku sambil memalingkan wajahku ke arah jendela, dan tiba-tiba ada yang membuat mataku memicing, bukan karena aura panasnya udara, tapi karena ingin memastikan sesuatu yang aku lihat itu benar apa adanya. Dan di seberang sana, ada seseorang yang berjalan ke arah timur sambil mengayun-ngayunkan bukunya. Lalu agak kumajukan mukaku ke jendela, dan ternyata benar... DIA...!!! Akupun tersenyum sendiri, dengan melihat mukanya yang bersih, hidungnya yang mancung, dan rambut jadulnya yang dia bentuk belah tengah. Rambut belah tengah memang sudah ga zaman, namun entah kalo di mukanya terlihat pas dan malah membuat mukanya semakin tegas.
Karena terlalu asyik melihat keluar, tanpa sadar suasana kelas menjadi hening sampai sesaat teman sebangkuku Mira menarik buku yang aku tindih dengan tangan, akupun menoleh ke samping dan ternyata guru Bahasa Inggris sudah di depan sambil memegang Buku Paket dan melihat ke arahku.
"Ya coba Keyla, bacakan paragraf pertama", akupun langsung panik sembari mencari buku paketku namun Mira menolong dengan menyodorkan bukunya dan menunjuk mana yang harus kubaca.
"Once upon a time......." Thanks Mira, syukurku dalam hati.

***
"Key, ke kantin yuk? aku pengen beli Beng2", ajak Tina yang di sampingnya sudah ada Rani teman sebangkunya.
"Hmmm, hayyu." Aku pun mengiyakan ajakannya. Saat itu Mira sudah tidak ada di kelas, mungkin lagi berkumpul dengan teman dekatnya di lain kelas. Awalnya Mira bukan teman sebangkuku, namun karena teman sebangkunya sakit jd dia sebangku denganku hari ini. Sebenarnya aku tidak mematok harus sebangku dengan siapa dan malah sudah bersyukur sudah ada yang mau sebangku denganku. Karena aku menjadi seseorang yang pendiam, makanya pada saat orang lain pada sibuk nyari teman sebangku, aku malah asyik dengan buku yang ada di tanganku (ternyata kebiasaan itu masih ada), yang paling penting buat aku dapet tempat duduk yang enak. Dan benar sampai hampir detik terakhir di hari pertama di kelas ini, aku masih sendiri, sampai ada seorang siswi yang berparas cantik dan modis langsung menyambar duduk di sebelahku, padahal masih ada yang kosong di sebelah sana. Kalo kata sebagian orang bilang apes, duduk bareng sama cewe cantik karena seakan kita seperti itik buruk rupanya, namun buatku itu tidak penting, yang penting tidak duduk sendiri di bangku. Namun sayang, hal ini cuman berlangsung sebulan karena si cewe cantik ini pindah sekolah ke luar kota.

"Eh Ran, kamu punya novel bagus lagi ga? aku jadi pengen beli novel", ucapku saat berjalan di lorong menuju kantin yang penuh dengan para siswa yang kelaparan.
"Ada, nanti pilih aja pas main ke rumah atuh", aksen sundanyapun keluar.
"Aku juga ada novel tapi lupa lagi judulnya apa", tambah Tina sembari mengantri menuju kantin. Jam istirahat memang jam penuh orang di kantin sampai harus mengantri walaupun hanya beli gorengan 2 biji. Apalagi di saat 3 langkah dari depan kantin seperti peraduan para penerima sembako, senggol sana sini.
"Yaudah Tin, ntar bawa yah. Aku pengen pinjem, nanti aku coba beli (masih belum berani untuk mencoba membeli buku yang bukan berhubungan dengan sekolah)".
"Aduh!!" ujung kaki kananku terinjak dan aku mulai kesal dengan desak-desakan ini, sehingga membuatku ingin marah pada orang yang menginjak kakiku.
Namun, belum sempat kulontarkan kata2 umpatku, kuterperangah
"EH, Maaf2..." ucapnya dengan ekspresi menyesal, sesaat melihatku jelas ekspresinyapun berubah,
"Eh Keyla... Maaf ya... kamu gpp kan?? Maaf.."
Mukaku terasa panas, dan aku ga tau harus berkata apa. Tina dan Ranipun heran melihat tingkahku seperti ini.
"Key, marah yah... aku traktir coklat deh 2... " mohonnya..
"Eh, ga usah Kak Regi.. Gpp koq"
"Ih beneran... aku beliin kamu coklat ya.. Nih... Skali lagi maaf ya.." diapun terhanyut karena segerombol manusia yang berdesakan sana sini
"Eh Kakak... Makasih yah... " teriakku berharap dia mendengar walaupun batang hidungnya sudah tak terlihat lagi.

"Hyattt!!" Boni melakukan tingkah smackdown di depan kelas dengan Said dan Panjul. Mereka terlalu asyik melakukan adegan itu, sampai tak sadar kalau celana mereka ada yang melorot, untung pada pake boxer. "Ciaaat Ciattt!!" Yaa seperti itulah pemandangan kelasku setelah jam sekolah usai. Selain ada yang heboh di depan kelas, sisanya asyik di bangkunya masing2.
"Kamu kenal sama Kak Regi anak DKM itu?" tanya Tina dan Rani menyimak.
"Hmm iya kenal sih",jawabku ragu
"Koq bisa?!!!" Rani mulai histeris
"Ga tau, kebetulan aja sih, pas istirahat teater sempet shalat bareng. Dah itu aja."
"Koq tau nama kamu??"tanya Tina ga sabar.
"hmm dia baca nama aku kayanya hee"jelasku...
"IIIhhhhh Keylaaa... Aku kan ngeceng sama anak DKM juga namanya Ikhsan, tau ga? yang tinggi sama suka pake tas gendong item".Rani mulai merengek
"Apa ga ada ciri yang lebih spesifik gitu, yang tinggi sama tas gendong item itu kan bejibun banget disini Ran",aku mulai heran, ternyata seperti ini yah rasanya saling curhat tentang cowo.
"Enak ya kamu, dikenal sama dia. Aku juga ngeceng anak DKM namanya Deri, kamu jangan rebut dia ya" Tinapun mulai membongkar isi hatinya.
"Hahaa mana mungkin aku rebut, orang aku pada ga kenal n ga tau yang mana. Lagipula mana berani aku ngomong sama cowo, kakak kelas lagi." kayanya anak DKM paling populer ya di sekolah ini, sebenernya bukan DKM nama organisasinya tapi BGI (Badan Gerakan Islam), cuman karena terbiasa dari SMP kalo organisasi yang berbau Islam disebut dengan DKM.
"Apaan sih ini?" Boni langsung membuyarkan edisi curahan hati RaTinLa (Rani, Tina, Keyla).
"Biasaaa Bon... Anak-anak Alay, Anak Layangann.."ucap Said sembari melakukan gerakan cumi..
"OOOhhhh pasti ngomongin tentang kakak kelas ya. Aduuuhhh, kakakkkk mau dong jadi pacarnyaa... Aaaah kakakk..." sembari mempraktikan badanya yg luwes seperti waria yang menggoda Said yang sedang berekspresi sok cool gitu.
"Iihhh apaan sih kalian..."protes Rani.
"Iyah ih kalian ganggu aja... hush hush hush"tambah Tina dengan suara childishnya.
"Id Id, kita capoera coba2... "Ajak Boni mulai ke tempat asalnya.
"Okey okey... Key, sini Key kmu pegang ini (kursi) dan jangan bergerak,pas aku loncat trus kamu duduk di kursi sambil ala Beyonce gitu", jelas Said
"Gila kamu"jawabku
"Udah coba, cobalah", sahut Said. Nama aslinya bukan Said tapi Suep tapi karena ada turunan arab banget dan daripada dipanggil Suep kita sepakat buat manggil dia Said. Dan hanya mereka berdualah Boni dan Said yang sering mewarnai hari2ku dengan keabnormalan mereka,tingkahnya yang aneh, kata2nya yang absurd, dan tak tau berawal dari apa yang membuat aku mengenal DUO Lenje ini.
"Okay okay... aku coba... " dan anehnya, hanya dengan mereka aku merasa bebas, nyaman dan bisa menjadi diriku sendiri, terbuka tanpa beban. Mereka mempunyai badan yang tinggi skitar 170an, tapi pikiran mereka so childish dan kosakata mereka unik, selalu berakting dalam mengungkapkan sesuatu. Sepertinya mereka ga pernah dibedong semasa bayi, karena untuk diam 10 menit aja bisa membuat mereka gatal heu.
Kupegang kursi itu dari belakang di depan kelas, Said berdiri diatas kursi, Boni menunggu di depan pintu, Tina dan Rani asik dengan majalah yang dibawa Rani dari rumahnya.Akupun memulai aba-abanya. "1... 2... 3!" Said meloncat dan mendarat dengan mulus, Boni mulai memutar musik, Said mementikkan jarinya dan menunjukku menyerupai pistol, lalu akupun bergerak maju dengan mengikuti ritme lagu beyonce, memutari kursi dan lalu duduk dengan menawan (setidaknya di imajinasiku aku melakukannya bak seperti artis hollywood 70an), tapi ternyata itu hanya bener2 di imajinasiku aja, karena saat kutersadar, kumelihat ekspresi orang-orang mulai menahan tawa, tapi DUO Lenje ini tak pandai menjaga perasaan orang lain, karena mrk langsung ketawa sekeras2nya melihat tingkahku, "Keyla... Keyla..."ucap Said.
"Ih apaa" akupun tersipu malu, tapi hanya tersipu sampai kumelihat ada seseorang yang asing (bukan anak kelas, tapi parasnya seperti pangeran dalam komik) terdiam terpaku diluar depan jendela yang terbuka, ekspresinya terlihat aneh, seperti melihat alien yang menari balet, dari tersipu ku menjadi tersapu seakan ada gempa berskala besar. Dia tersadar dengan ekspresi gak karuanku, dia pun berteriak "Said!"
"Woi Bro.."sahut Said sembari berjalan keluar dengan tawanya yang melihat ke arahku.
Dia menunggu Said menghampirinya, disaat Said mendekat diapun berlalu sambil menoleh sekali ke arahku. Aku langsung menundukkan pandanganku sesaat dan melihatnya, namun dia sudah pergi berlalu.
"BONI!!!" aku berteriak meluapkan kekesalanku karena sudah mempermalukan diri di depan orang banyak, ga penting sih kal teman sekelas, tapi ini di depan anak kelas lain, ganteng pula,,, hah... habis sudah..

***
"Yes! namaku ada di posisi aman...", senangku setelah melihat pengumuman hasil ujian matematika di samping papan tulis.
"iiihhhh untung aku lolos walopun nilaiku pas2an" say Rani. Dan Tina tersenyum merekah karena dia sudah melebihi nilaiku 1 point.
"eh, Key besok kamu mau ikutan ke acara DaFest ga?" tanya Tina
"apaan DaFest?" tanyaku
"itu lho.. Dago Festival acaranya rame.. aku kayanya ga ikutan, mau ada acara keluarga" jelas Rani
"emang ada apa aja??"tanyaku kembali
"yaaa banyak, ada band, banyak makanan dan pastinya banyak orang disana."Rani kembali menjelaskan
"Wah Ada Band manggung disana juga??", dulu aku termasuk penggemar lagu2 Ada Band.
"Bukan Ada BAnd lhoo, tapi ada band-band disana, nama bandnya macem2.." Rani terus menjelaskan
"Hop, jadi km kesana ga Key? Aku kayanya dijemput sama Prito deh, jadi kalo kamu mau kesana nanti ketemu dsana.." Tina tersenyum sambil membayangkan betapa serunya acara besok malam.
"Hmmm... aku sama siapa? lagipula aku ga tau itu dimana tempatnya, yang aku tau cuman sekitar rumah, smp sama sma hahaa" nyengirku miris
"Yaelah... nie anak... masa ga tau... Dagooo... (tempat paling hits banget di Bandung)" kesaknya Rani sambil meremas tanganya di udara.
"Ih kamu, kenapa ga sama Regi aja, kan lumayan... selangkah lebuh maju" goda Tina.
"Apaa... engga... aku ga mau... lagipula masa iya dia mau ngajak aku.." tegasku
"Ya ampun Key... ya kamu dluanlah.." Tina menggodaku dengan jari manisnya mencoba menggelitikkiku
"Ogahhh... haha.. ihh diem Tinaaa.." mencoba menghalau jari manisnya..
"Eh... itu Kak Regi!!!!" Rani histeris saat melihat keluar jendela dan melihat sosok Regi yang berada di lapangan sambil memegang bendera, sepertinya untuk latihan upacara senin nanti.
"Mana! mana??!!" Tina langsung serebet menuju jendela, koq histeris mereka ya dibandingin aku. akupun mengikutinya mendekati jendela, mengintip sambil tersenyum.. Ah Dia...
"Okey Key, gue bantu." tangannya menepuk bahuku, aku terheran tidak mengerti maksud dia. sampai aku tersentak mereka nerteriak sahut2an.
"KAK REGI!!!!"
spontan Regi mendongak ke atas mencari sumber suara, akupun terkaget sampai ku bersembunyi dibalik jendela. Tapi persembunyianku percuma... krena Rani dan Tina berteriak2 namaku sambil menunjuk ke arahku. Walaupun aku tepis tunjukan mereka tetep saja merkku tersebut.Aku malu bingits.... (anak alay skrg) anak2 lainpun serentak melihat ke arah mereka... aaahhhh stop tereiak namaku please... aku menutup wajahku dengan buku paket fisika yang mampu menutupi seluruh muka kecilku ini.
"Yah, Kak Reginya pergi"... Rani mulai kecewa..
"Ih kalian napa sih bikin malu... Anak DKM lho dia... haduhhhh... gimana nih" tapi ya cuek sajalah.. toh aku bukan orang beken disini, jd pada ga tau Keyla itu siapa... cuman mereka... apa pada hafal yah??
"Tapi kayanya Kak Regi kesini deh" sahut Tina dengan senyum menggodanya..
"Mulai deh ngimpi...udah ah aku mau pulang yah..." akupun mulai membereskan mejaku.
"Key!" teriak Rani.
"Apa?! kalian tuh bikin malu aku aja" aku mulai agak menaikkan suara.
"Key, Kak Regi ada disini..." Tina mulai gelagap..
"Udah deh Tin, stop kayagitu bikin sedih aja mimpi kaya gitu. Masa iya sih dia mau2nya kesini..Bikin malu aja, gimana kalo ada yang tau... aahhhh"
"Key..." suara dari arah pintu kelas terdengar dan seakan membuatku kaku.. Dan kulihat, "Kak Regi..." suaraku tergelagap seakan sulit untuk keluar.
"Bisa bicara sebentar?" dia mulai berbicara dan tersenyum pada Rani dan Tina. Ah, ini pasti gara2 mereka yang mempermalukan Kak Regi, secara dia anak DKM harusnya alim bukan dijadiin bual2an kaya tadi. Haduh... gimana ini.. Kak Regi mulai melangkahkan kakinya menjauhi pintu kelas dan ia menunggu di sebelah tangga. Akupun dengan segera menghampirinya sambil menggerutu ke arah Tina dan Rani. Well, ekspresi mereka masih terkaget dan merasa bersalah terhadapku.
"Iya Kak Regi, ada apa? MAsalah yang tadi yah.. Maaf ya mereka emang suka iseng... paling seneng bikin orang malu sampe anak kelas juga suka ada yang digituin2 sama aku..aku juga bingung, dia juga sempet salah paham dan.." bejubun kujelaskan sampai terpotong dengan adanya pertanyaan darinya "Siapa?" 
Ha? Siapa yang nanya maksudnya?? gila... iya juga siapa yang nanya... haduhhh ngapain sih gue.
"Key, siapa yang dicomblangin sama kamu?" tanyanya membuyarkan bengongku.
"Ha? eemmm temen sekalasku namanya Romi". jawabku..
"Hmm terus??"
"Ha? terus apa ya??"kenapa sih perkataan dia pertanyaa mulu... bikin orang mikir ajah.
"Terus kamunya gimana?? "... "Oooh itu.. ya biasa aja.. da cuman temen sekelas".. 
"Oh gitu... eh Key, besok ke acara DaFest ga??" "Engga kayanya, ga tau tempatnya juga"
"Tapi mau kesana?" "Ya mau... haha tapi ga ada temennya juga, Tina bareng cowonya.."
"Hmmm kalo gitu, bareng aku aja. aku juga mau kesana, gimana???"
"Ha??!"teriaku... tersadar dan lalu memelankan suaraku "beneran Kak?"
"Iya bener, besok jam 5 ya di sekolah, jangan lupa bawa jaket!" suaranya mulai mengeras kareana sambil menuruni tangga, mukanya tersenyum ramah sambil berlalu. 
Dan aku terdiam seakan tidak percaya...
Didalam obrolan tadi, ternyata ga hanya kita berdua. Ada seseorang yang berdiam diri dibalik pintu kelas dekat tangga dan dia tak kalah seperti aku terdiam.
***







Wednesday, December 24, 2014

BELIEVE (1.3)

Part 2. Metamorfosis
Diiringi hujan, hiruk pikuk klakson sana-sini tidak menghalangi tetesan hujan yang mengukir gelombang di jendela angkutan umum berwarna kuning yang sering kunaiki. Tetesan itu pun berkumpul disela jendela kaca yang sebagian beterbangan. Tanpa kusadari, sembari kuperhatikan tetesan tersebut akupun tersenyum kecil dengan hati berbunga seakan pemandangan kota padat ini, indah terlihat dengan alunan musik nan romantis.
Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seorang siswi yang jauh dari kata beken. Dandananku yang sederhana namun aku nyaman dengannya. Rok abu yang dibawah lutut, baju seragam yang kelonggaran, ikat pinggang menjuntai dan kaos kaki tebal yang bertuliskan 'SMA Tirta' semata kaki. Tapi, dengan penampilan seperti ini, apakah salah kalo aku berharap akan adanya cerita indah di bangku SMA ini?
Semasa ku sekolah sampai masuk SMA ini bukan berarti tidak indah, cuman kujalani dengan serius. Bukan berarti serius dalam arti sebenarnya, cuman perihal 'rasa', 'suka-sukaan', 'demen-demenan' ato apalah namanya, aku tidak terlalu memerdulikannya. Hmm... mungkin 'Cinta Monyet' kali yah yang aku maksud. Kalo diingat-ingat track recordku not bad juga. Well, gini2 aku pernah ditembak sama cowo, bukan cowo lebih tepatnya anak laki-laki yang masih anak ingusan haha.. Bahkan kata 'tembak' aja, sempat aku lontarkan pertanyaan.
"Key, jadian yuk?" "Koq, malah diem aku tembak gini?"
"Hah? Apaan tembak?" semabri bingung dan memang aku serius ga tau maksud dia di masa itu.
Dan malah aku pernah dikejer2 sampe rumah dan hampir mau masuk selokan saking takutnya, haduhhh baru umur 12 tahun, apa sekarang masih zaman kejer2an yah ato dah berubah jadi kejer2an punya HP paling anyar?.Hmm dan penyakitnya lagi, aku pernah sampe ketakutan tingkat tinggi sampe keringet dingin.
"Key, ini surat buat kamu bacanya di rumah yah", temanku Sari tersenyum jahil sambil memasukkan sepucuk surat ke dalam tas ransel merahku.
"Oh Okey.." tersenyum dengan polosnya.
Sesampai di rumah, saat membuka pintu rumah langsung kupanggil sodara yang berbeda 3 tahun dibawahku.
"Diah!! sini... Kita main monopoli yuk", merebahkan diri sejenak di sofa.
"Iya Kak Keyla!!", langsung meluncur ke tempatku berada.
"Aku maininnya yang merah yah kamu kuning." perintahku.
"Okey!!" semangat 45 skali sodaraku ini.
Saat kulihat tas, ku tersadar akan surat persabahatan yang tak sabar ingin kubaca."Eh Diah, tadi temen sekelasku ngasih surat, baca bareng yuk.. kayanya surat2an kaya diari2. Ga nyangka, dia nganggep aku sahabatnya."
"Baik!!!" jawabnya masih dengan semangat 45.
Kubuka pelan-pelan suratnya, karena sang surat terlipat rumit seperti origami yang diorigamikan.Lalu kubaca dengan sangat hati-hati, karena tulisannya tingkat Dewa karena sudah melebihi teknis penulisan tingkat dokter ahli super specialis.Saat kubaca kata demi kata, dengan perasaan yang sangat luar biasa antusias, kumulai mengerenyitkan dahi. "Lho? Lho lho?"
"Kenapa Kak Keyla?? Tulisannya terlalu bagus yah, jadi bingung?" entah apakah Diah ini menyindir, atau memang baginya ini tulisan paling indah yang pernah dia lihat di masa itu.
Aku terhipnotis dengan kata Diah, jadi kucoba membacanya kembali dari awal.
"Keyla, senyummu manis seakan membuyarkan nirwanaku. Aku terpesona dan tersanjung saat melihatmu dan ..." bacaku dalam hati (harap perlu diketahui kalo Terpesona dan Tersanjung itu sinetron yang lagi ngeHITS banget di zaman itu, ups ketauan deh tuwirnya)
"Apaan ini?!!!! Ini mah APA?? APA INI?!!" teriakku.
"Kenap Kak, kenapa?? Ada yang minjem uang yah" Apa sih ini sodara gue.
"Keyla..." Panggil Ibuku dari arah belakang rumah sembari menghampiri ke arahku. Sebelum terjadinya pertemuanku dengan Ibunda. Kulangsung lari terbirit sembari menyeret Diah keluar rumah, hingga berjarak 2 Meter dari rumah dan terdiam di sebelah selokan. Diah masih dalam keadaan kebingungan.
"Ga bener ini, ga bener... " tanganku berkeringat dingin dan mulai meremas-remas surat itu.
"Kenapa? Kakak ga punya uang yah buat minjemin. Pake uang monopoli aja Kak" Diah mencoba mencari solusi, yang sedari tadi menyeretnya pergi dari rumah namun dianggap tak ada olehku.
"Ah, Ga Tau, Ini Ga boleh ada yang tau!! Mesti dimusnahin ini!" tanpa sadar kusobek2 hingga menjadi seperratus bagian surat, lalu kubuang ke selokan. Dan melengos pergi ke rumah.
"Kak, ini jadinya main monopoli apa main petak umpet?? 25nya di selokan Kak?!" Akupun berlalu tanpa mendengar teriakan Diah dan berharap ini ga pernah terjadi.
Keesokan harinya, Sari bertanya "Key, dah dibaca suratnya?"
"Surat?" Ritual penghilang ingatan ampuh juga, walopun meninggalkan korban Diah yang menangis karena ga berhasil menemukanku yang sedang semedi di kamar mandi.
"Iya, surat yang kemarin aku kasih" Sial, pupus sudah hasil ritualku itu, smua mulai terekam lagi kejadian kemarin.
"Ih, apaan surat kaya gituan. Kamu jahil yah?"
"Yee, itu bukan dari aku. Tapi dari Deni"semabari menunjuk si tersangka.. "HAH?!" Apaan ini, dia kan siswa pindahan, ga terlalu kenal juga, lagipula dia anak beken yang SD lainpun tau dia.
Tapi entah ini berkah ato petaka, dengan adanya dia. Ga sedikit orang yang berkata "Apa bagusnya kamu?"

Inilah yang membuatku seperti es batu. Semasa menduduki bangku SMP, hal ini pun terjadi dengan bantuan perantara. Saat ujian berlangsung, mungkin karena kurang ruang kelas ato apa, sebangku itu 2 orang namun yang kiri kelas 1 yang kanan kelas 2. Selesai ujian, saat kubaca buku dibangkuku, senior yang duduk didepanku berdiri di depan pintu yang sedari tadi melihatku, dia asyik mengobrol dengan seorang laki2. Dia lalu datang menghampiri bangkuku.
"Key, kamu kenal Tyo ga?" tanyanya. "Tyo?? engga tau, emang kenapa Kak?"
"Yang tadi pake topi hitam." "Hah yang mana??"tanyaku
"Lho, yang tadi di depan pintu." jelasnya
"OO... yang pacar kakak tadi? Engga kenal." 'emang dia pake topi hitam ya? ya ampun ampe hafal gitu sm pacar, pasti mau curhat ttg pacarnya nih, aduuh kan mau baca dulu sebelum ujian, gimana ya?'dumel dalam hati.
"Eh bukan pacar aku itu. Malah tadi di depan pintu, dia bilang suka sm kam. Dia minta tolong aku sampein".ungkapnya
"Apa?? Keyla ga kenal dia malah aku sangka itu pacar kakak dan g pernah ketemu sebelumnya" makin ga masuk akal, dan makin pengen pindah bangku.
"Dia merhatiin kamu waktu camping, dia di tenda Paskibra. Dia mulai suka kamu disana."
"Haa?? Ga mungkin... Salah orang kali" bantahku. Ya gila ajah, camping waktu itu ga ada air. dan di tenda aku ga ada yang mandi. Bajunya aja sweater yang kemarin. Mana bisa narik orang buat merhatiin aku yang kaya gitu. Apalagi sepintas tadi, dia termasuk orang yang berselera bagus. Kayanya bener2 salah orang deh.
"Yaudah nanti aku tunjukin orangnya ya"
Akupun tak menjawab dan langsung tenggelam dalam bacaanku.
Sepulang ujian, senior akupun menepati janjinya yang sama skali aku ga ingat, "Tug Key, yang rambutnya kaya Tin2 depan, sengaja aku suruh dia ga pake topi biar kamu jelas lihatnya"
Bukannya td dia pake topi ya katanya, koq bisa tin2nya tuh tegap berdiri gitu. "Oh yang itu" akupun menjawab dengan cuek, dan kupikir dia pasti salah orang, lagipula mau ngapain kalo dah saling tahu. Sang seniorpun menghela napasnya, mungkin dia merasa seperti berbicara sama es tanpa respon sama skali. Aku ga mau diberikan pertanyaan lagi, "kamu punya apa?"
Alhasil, ini membuat suasana kikuk kalo kita berpapasan. Dan berakhir dengan kata "Makasih" yang dia ucapkan saat dia melepas masa SMPnya dan aku menjadi paling senior di sekolahku.
Kalo ingat sekarang, aku ingin bertemu dengannya skali lagi. Tapi walopun aku bertemu dengannya, aku g akan sadar, aku lupa dengan bentuk mukanya, yang kuingat hanya rambut tin2nya yang mungkin skrg sudah berubah menjadi Mohawk hehee.
Tapi yang paling aku kaget, saat kukira teman yang duduk di belakangku berpacaran dengan teman sebangkuku berdiri di panggung yang bisa dibilang "Katakan Cinta ala anak SMP" di waktu perpisahan kita. Yang kukira akan menyeret teman sebangkuku tapi yang disebut "namanya Keyla", serentak akupun diserbu para panitia, dan akupun berontak seperti halnya demo bentrokan anatar polisi dan mahasiswa. Sampai akhirnya aku terdiam, disaat sang Ketua Osis berkata "Hargain Miki, dia dah berkorban malu di depan sana". Dan akhirnya kuikuti keinginan sang ketua Osis, berjalan ke depan tanpa berkata ,memerhatikan sekitar dan bergerak mundur menjauhi si katakan cinta ini, dia pun menunggu jawabannya, lama kemudian sang Ketua OSIS berkata lagi "ambil bunganya", kayanya dia seorang hipnotis kelas kakap, karena kulangsung ambil bunganya dan berontak pergi. Namun keesokan harinya, aku meminta untuk bersikap seperti biasa kepadanya. Responnya entahlah seperti apa aku bener-bener lupa.yang kuingat hanya keluhan dan cibiran para Guru saja dan teman-teman yang lain.Inilah yang membuatku semakin yakin tak ingin berbeda dan menutup diri. Tapi apa yang aku lakukan, bahkan aku tidak meminta untuk menjadi berbeda.
 Penutupan diri ini berlangsung sampai kumasuk SMA sekarang, sampai akhirnya kubertemu dengan DUO Lenje yang terdiri dari 2 orang laki-laki dengan tinggi badan 175cm berhidung mancung, gerakan luwes namun bersikap abnormal hahaa.. dan 1 lagi semenjak kutemukan kenyamanan berekskul di Teater. 2 hal inilah yang membuatku mulai terbuka dan semakin bisa untuk mengeksplorasi diri.
Aku bahagia dengan keadaan sekarang...
Tapi tak kusadari ternyata hal ini akan membawaku banyak petaka di masa datang...

***

Friday, December 19, 2014

BELIEVE (1.2)

Part 2.. Metamorfosis

Langit mendung, awan seperti mengekang matahari yang ingin eksis diatas. Pintu berwarnakan biru berdecit, dan suara gaduh terdengar di ruangan sebelah, ramai. Sedangkan aku, terpojok sendiri disini dengan badan lemas, tangan gemetar dan pandangan kabur dengan adanya air yang hinggap berkumpul dimata seakan bergerilya ingin terjun bebas ke bawah.

Terkaget saat ada yang menepuk pundakku dari belakang, "Key, kenapa?"
Ternyata teman baikku, yang berada diruangan 3 saat ujian. "Aaahhh Mimi...... !!!!!", saatnya air di mata ini beraksi terjun bebas dengan tidak beraturan.
Mimipun kaget dengan keadaanku sekarang, "Kenapa Key?? kenapa??"
"Mi,,, aku ga lulus Mi.... !!! Aku ga LULUS!!!! Gimana aku ngomongnya sama orang tua aku Mi..."
"Kamu ngomong apa sih Key? Siapa yang bilang kalo km ga Lulus??"
"Kata Pak Ibnu Mi, Eki tadi nanya ke Pak Ibnu, katanya ruang 2 ga ada yang lulus Mi... Gimana atuh Mi... aku bingung, takut Mi.... Aku ga Lulus Mi...!!! aaaaaahhhh"
"Heh heh Keyla, DENGER!! Siapa yang bilang km ga LULUS??"
"Eh", akupun terdiam mendengar Mimi bicara seperti itu. Hanya isakanku saja yang masih tersisa.
"Ruangan 2 tu, memang pada ga lulus, tapi ga semua, yang lulus cuman 2. Kamu sama Rika" jelasnya.
"Hah?!" Antara bingung, kaget, sedih, takut dan bahagia bercampuk aduk layaknya campuran kimia yg diaduk dalam tabung reaksi. Ternyata yang lulus cuman aku dan temanku yang duduk di belakangku saat ujian. Tapi kenapa? Kenapa Pak Ibnu bohong segala pake bilang ga ada yg lulus. Apa maksudnya bikin aku kaya gini, apa dia marah karena aku bersikap yang memang seharusnya dilakukan saat ujian. Aku takut, gimana ini cuman aku dan dia yg lolos. Gimana ini!!

Siang Hari,disaat penandatangan ijazah di ruang kelas.
"Misya Fristia!!" orang yang bersangkutanpun beranjak dan melangkah kedepan kelas untuk mendatangani ijazahnya, untuk ttd saja mesti masuk ke kerumunan orang, karena saat itu sang guru seperti madu yang banyak dihinggapi lebah sana sini.#Norak
"Keyla Sasmia!!" yap, giliranku. Dan akupun tinggal bergeser ke sebelah kanan, karena aku salah satu dari lebah tadi hahaa.
Namun ternyata, aku tidak seperti yang lainnya. Sang Guru memberi kata sambutan dengan nada yaa seperti itulah (bisa dibayangkan sendiri) "Hmm... 38,75. Besar yah, coba dikasih tau yang lain juga. Pasti nilainya pada bagus kaya gini jg ya. Sayangnya ini engga, bikin jelek aja." Sorotan mata para lebah pun lirik bolak2ik ke sang guru dan aku. Engga tau apa yang merasuki aku, tanpa melihat sang guru, aku pun menekan pulpen yang aku pake ke meja setelah ritual ttd selesai. Dan pergi berlalu keluar kelas. Aku kesal, marah, benci dan merasa tak adil. Bukan pujian yang aku dapat, tapi merasa seperti orang yang terhina, lebih hina dari nyontek ato malah melihat lembar jawaban yang sudah disiapkan sebelumnya.Dan lebih kesal lagi, Disaat para orang tua murid hadir dan langsung membully aku, malah yang anaknya bukan di ruangan 2 pun ikut-ikutan. Hinaan, dorongan hingga kata kotorpun aku terima dengan diam. Bayangkan saja 1 : 8 , dan kalian pasti bertanya, kemana orang tua aku? Mamaku yang biasanya paling rajin dateng ke sekolah, aku larang karena kutahu nanti akan terjadi hal seperti ini. Aku larang, dengan alasan orangtua yang lain juga pada ga dateng, ga wajib, lagipula Keyla mau langsung main ke rumah Mimi. Tapi, ternyata larangan aku ga bisa mencegah mamaku tersayang untuk dateng ke sekolah. Saat kumenangis di luar kelas yang ditemani Mimi dan Kiki, mamahku datang tiba-tiba.
"Key, kenapa nangis?? Kamu kenapa?", mukaku menegang, dan ga kalah tegangnya dengan teman-temanku yang berada disamping.
"Mamah? Kenapa kesini?" "Ya katanya kumpul orang tua, ya mama dateng".
"Tapikan Key dahbilang ga usah kesini. Tapi kenapa mamah kesini", mamahku tidak perduli apa yang aku kukatakan yang ada dia hanya khawatir dengan diriku.
"Mi, Kiki. Keyla kenapa?" , dan akhirnya Kikipun tak bisa diam, dan berceloteh sana sini mengenai orang tua para murid tersebut. Mamahpun geram dan akhirnya, terjadi suasana yang ga enak dan akupun tak ingin hadir lagi ke sekolahku itu.

***

TING TONG TING 
Akupun tersadar dari lamunanku dengan adanya bel masuk berbunyi. Wali kelaspun tiba ke depan kelas dan mengumumkan ranking 10 besar. Ini sebenernya bukan 10 besar, karena aku pun mendapatkan ranking 5.3 yang berarti ranking ke 5 besar dan orang ketiga yang dapat ranking tersebut. haha karena nilainya sama.
Dan anehnya aku sama tetanggaku yang berketurunan arab pakistan n palembang ya sejenis berhidung mancung dan berkulitputih bersihlah, selalu mendapat point or NEM yang sama persis dari SD sampe sekarang SMP dan kamipun berencana masuk ke SMA yang sama dan favorit, yakni SMA Tirta ya walaupun terlihat seperti penjara tapi beneran luas di dalamnya (lapangannya aja), soalnya mentok sana sini. 
Aku dan berkebangsaan turunan arab itu pun masuk ke SMA ini, namun sayang berbeda kelas. Dan membuat kami jarang bertemu.
Dulu aku selalu membaca buku pelajaran, sampai sempat terkontaminasi dengan hadirnya komik karena teman kelasku sewaktu SMP mempunyai koleksi komik yang banyak di kamarnya layak seperti taman bacaan. Dan teman sekelasku di kelas 1 SMA senang sekali membaca novel, dan masih kuingatnovel pertama yg kubaca "Cirtapuccino" bener-bener bikin ketagihan jadinnya membaca novel. Tapi dikelas 1 ini, masih bersisakan trauma untuk berdiam diri dan tidak banyak bicara. Aku merasa tidak mampu untuk bisa seperti orang-orang yg berada di bawah sana yang sedang asyik latihan di ekskulnya masing-masing.Sampai akhirnya salah seorang teman sekelas yang super duper cerewet mengajakku dengan keukeuh ingin ikut salah satu ekskul yang beranggapan bisa menjadi artis dadakan di sekolah, tak lain tak bukan, ekskul itu adalah Teater. God, ogah aku susah payah ga mau ikutan ekskul itu. Karena semenjak kejadian itu, aku merasa percuma melakukan sesuatu yang berprestasi toh akhirnya akan menjadi terhina karena kita berbeda. Teringat lontaran kata2 kasar para orangtua siswa SD itu. 
Tapi, temenku ini tidakmenyerah, dia mengajakku hingga aku pun menjawab iya, dengan catetan akuga janji lama berada di ekskul itu. temenku itu yang bernama Mira langsung kegirangan dan menarikku menuruni tanggadan menyeret ke tempat latihan Teater itu. 
Dan Dziggg!!! aku pun masuk ke ruang kelas dengan bangku yang ditata rapi dan lenggang di bagian depan. Orang-orang berkumpul dengan mebentuk lingkaran. Kuingin berlari saat itu, "Mir, ga jadi ah" "Ah udah duduk sini!" sambil mendorongku hingga terjatuh dan duduk bersila. 
"okey!! kita kedatangan anggota baru! silakan perkenalkan diri." Yaah, tak terelakkan lagi..

Lorongan sepi, suasana sore trelihat. "Hmm, notbad juga ikutan ekskul, nambah temen juga. tapi emang aku bisa ikutan terus..?" 
"Bisalah...." Tiba-tiba seseorang menyahut dari belakang..
"eh", sambil bingung karena ini pertama kalinya nyapadan aku ga kenal dia, cuman sempat melihatnya saat upacara.
"Mau shalat yah, gimana Teater? rame disana?" Senyumnya terpancar manis, dengan wajah berkeringat dan rambut tipisnya yng berjuntai ke depan.
"iyah mau shalat dulu, nanti balik lagi istirahat, ikutan ekskul apa? Basket?", sambil menjaga jarak untuk berjalan bersebelahan dengannya.
"Haha.. keliatan kaya anak basket yah. Engga aku anak DKM, ga keliatan yah? hahaa" tertawanya seakan menutupi malunya dengan statement yang barusan dia lontarkan.
"hee.. ga juga koq. Tapi iyah sih ga mencerminkan. eh." tersadar takut dia tersinggung, tapi ternyata dia menanggapinya dengan senyum merekah dan berkata 
"Aku Regi Saksono, kamu Keyla kan", ucapnya sambil menatapke depan dan melihat jam.
"Shalat bareng yuk Keyla." Sambungnya sambil melontarkan senyum manis ditambah lesung pipitnya yg ada di sebelah bibir kiri.
"Iyah" Akupun menjawab dengan senyum merekah dan tetap berjalan pelan menurutinya.
Daun-daun beterbangan tertiup angin, lapangan yang luas tertapaki sepasang mudamudi yang tersipu malu menyebrang ke arah utara. Langit seakan mendukung suasana ini, dengan menyempilkan sinar matahari yang membuat hangatnya udara.

Dia pun menoleh dan tersenyum, "Aku suka suasana kaya gini, tenang." sambil melihat namaku dibaju seragam.
"Salam kenal Keyla Sasmia', senyumnya 
"Salam kenal juga Regi Saksono," akupun tak maukalah dengannya.
Akhirnya akan ada cerita manis yang akan terukir dibulan Juli ini, di sekolah ini.

***