Friday, December 19, 2014

BELIEVE (1.2)

Part 2.. Metamorfosis

Langit mendung, awan seperti mengekang matahari yang ingin eksis diatas. Pintu berwarnakan biru berdecit, dan suara gaduh terdengar di ruangan sebelah, ramai. Sedangkan aku, terpojok sendiri disini dengan badan lemas, tangan gemetar dan pandangan kabur dengan adanya air yang hinggap berkumpul dimata seakan bergerilya ingin terjun bebas ke bawah.

Terkaget saat ada yang menepuk pundakku dari belakang, "Key, kenapa?"
Ternyata teman baikku, yang berada diruangan 3 saat ujian. "Aaahhh Mimi...... !!!!!", saatnya air di mata ini beraksi terjun bebas dengan tidak beraturan.
Mimipun kaget dengan keadaanku sekarang, "Kenapa Key?? kenapa??"
"Mi,,, aku ga lulus Mi.... !!! Aku ga LULUS!!!! Gimana aku ngomongnya sama orang tua aku Mi..."
"Kamu ngomong apa sih Key? Siapa yang bilang kalo km ga Lulus??"
"Kata Pak Ibnu Mi, Eki tadi nanya ke Pak Ibnu, katanya ruang 2 ga ada yang lulus Mi... Gimana atuh Mi... aku bingung, takut Mi.... Aku ga Lulus Mi...!!! aaaaaahhhh"
"Heh heh Keyla, DENGER!! Siapa yang bilang km ga LULUS??"
"Eh", akupun terdiam mendengar Mimi bicara seperti itu. Hanya isakanku saja yang masih tersisa.
"Ruangan 2 tu, memang pada ga lulus, tapi ga semua, yang lulus cuman 2. Kamu sama Rika" jelasnya.
"Hah?!" Antara bingung, kaget, sedih, takut dan bahagia bercampuk aduk layaknya campuran kimia yg diaduk dalam tabung reaksi. Ternyata yang lulus cuman aku dan temanku yang duduk di belakangku saat ujian. Tapi kenapa? Kenapa Pak Ibnu bohong segala pake bilang ga ada yg lulus. Apa maksudnya bikin aku kaya gini, apa dia marah karena aku bersikap yang memang seharusnya dilakukan saat ujian. Aku takut, gimana ini cuman aku dan dia yg lolos. Gimana ini!!

Siang Hari,disaat penandatangan ijazah di ruang kelas.
"Misya Fristia!!" orang yang bersangkutanpun beranjak dan melangkah kedepan kelas untuk mendatangani ijazahnya, untuk ttd saja mesti masuk ke kerumunan orang, karena saat itu sang guru seperti madu yang banyak dihinggapi lebah sana sini.#Norak
"Keyla Sasmia!!" yap, giliranku. Dan akupun tinggal bergeser ke sebelah kanan, karena aku salah satu dari lebah tadi hahaa.
Namun ternyata, aku tidak seperti yang lainnya. Sang Guru memberi kata sambutan dengan nada yaa seperti itulah (bisa dibayangkan sendiri) "Hmm... 38,75. Besar yah, coba dikasih tau yang lain juga. Pasti nilainya pada bagus kaya gini jg ya. Sayangnya ini engga, bikin jelek aja." Sorotan mata para lebah pun lirik bolak2ik ke sang guru dan aku. Engga tau apa yang merasuki aku, tanpa melihat sang guru, aku pun menekan pulpen yang aku pake ke meja setelah ritual ttd selesai. Dan pergi berlalu keluar kelas. Aku kesal, marah, benci dan merasa tak adil. Bukan pujian yang aku dapat, tapi merasa seperti orang yang terhina, lebih hina dari nyontek ato malah melihat lembar jawaban yang sudah disiapkan sebelumnya.Dan lebih kesal lagi, Disaat para orang tua murid hadir dan langsung membully aku, malah yang anaknya bukan di ruangan 2 pun ikut-ikutan. Hinaan, dorongan hingga kata kotorpun aku terima dengan diam. Bayangkan saja 1 : 8 , dan kalian pasti bertanya, kemana orang tua aku? Mamaku yang biasanya paling rajin dateng ke sekolah, aku larang karena kutahu nanti akan terjadi hal seperti ini. Aku larang, dengan alasan orangtua yang lain juga pada ga dateng, ga wajib, lagipula Keyla mau langsung main ke rumah Mimi. Tapi, ternyata larangan aku ga bisa mencegah mamaku tersayang untuk dateng ke sekolah. Saat kumenangis di luar kelas yang ditemani Mimi dan Kiki, mamahku datang tiba-tiba.
"Key, kenapa nangis?? Kamu kenapa?", mukaku menegang, dan ga kalah tegangnya dengan teman-temanku yang berada disamping.
"Mamah? Kenapa kesini?" "Ya katanya kumpul orang tua, ya mama dateng".
"Tapikan Key dahbilang ga usah kesini. Tapi kenapa mamah kesini", mamahku tidak perduli apa yang aku kukatakan yang ada dia hanya khawatir dengan diriku.
"Mi, Kiki. Keyla kenapa?" , dan akhirnya Kikipun tak bisa diam, dan berceloteh sana sini mengenai orang tua para murid tersebut. Mamahpun geram dan akhirnya, terjadi suasana yang ga enak dan akupun tak ingin hadir lagi ke sekolahku itu.

***

TING TONG TING 
Akupun tersadar dari lamunanku dengan adanya bel masuk berbunyi. Wali kelaspun tiba ke depan kelas dan mengumumkan ranking 10 besar. Ini sebenernya bukan 10 besar, karena aku pun mendapatkan ranking 5.3 yang berarti ranking ke 5 besar dan orang ketiga yang dapat ranking tersebut. haha karena nilainya sama.
Dan anehnya aku sama tetanggaku yang berketurunan arab pakistan n palembang ya sejenis berhidung mancung dan berkulitputih bersihlah, selalu mendapat point or NEM yang sama persis dari SD sampe sekarang SMP dan kamipun berencana masuk ke SMA yang sama dan favorit, yakni SMA Tirta ya walaupun terlihat seperti penjara tapi beneran luas di dalamnya (lapangannya aja), soalnya mentok sana sini. 
Aku dan berkebangsaan turunan arab itu pun masuk ke SMA ini, namun sayang berbeda kelas. Dan membuat kami jarang bertemu.
Dulu aku selalu membaca buku pelajaran, sampai sempat terkontaminasi dengan hadirnya komik karena teman kelasku sewaktu SMP mempunyai koleksi komik yang banyak di kamarnya layak seperti taman bacaan. Dan teman sekelasku di kelas 1 SMA senang sekali membaca novel, dan masih kuingatnovel pertama yg kubaca "Cirtapuccino" bener-bener bikin ketagihan jadinnya membaca novel. Tapi dikelas 1 ini, masih bersisakan trauma untuk berdiam diri dan tidak banyak bicara. Aku merasa tidak mampu untuk bisa seperti orang-orang yg berada di bawah sana yang sedang asyik latihan di ekskulnya masing-masing.Sampai akhirnya salah seorang teman sekelas yang super duper cerewet mengajakku dengan keukeuh ingin ikut salah satu ekskul yang beranggapan bisa menjadi artis dadakan di sekolah, tak lain tak bukan, ekskul itu adalah Teater. God, ogah aku susah payah ga mau ikutan ekskul itu. Karena semenjak kejadian itu, aku merasa percuma melakukan sesuatu yang berprestasi toh akhirnya akan menjadi terhina karena kita berbeda. Teringat lontaran kata2 kasar para orangtua siswa SD itu. 
Tapi, temenku ini tidakmenyerah, dia mengajakku hingga aku pun menjawab iya, dengan catetan akuga janji lama berada di ekskul itu. temenku itu yang bernama Mira langsung kegirangan dan menarikku menuruni tanggadan menyeret ke tempat latihan Teater itu. 
Dan Dziggg!!! aku pun masuk ke ruang kelas dengan bangku yang ditata rapi dan lenggang di bagian depan. Orang-orang berkumpul dengan mebentuk lingkaran. Kuingin berlari saat itu, "Mir, ga jadi ah" "Ah udah duduk sini!" sambil mendorongku hingga terjatuh dan duduk bersila. 
"okey!! kita kedatangan anggota baru! silakan perkenalkan diri." Yaah, tak terelakkan lagi..

Lorongan sepi, suasana sore trelihat. "Hmm, notbad juga ikutan ekskul, nambah temen juga. tapi emang aku bisa ikutan terus..?" 
"Bisalah...." Tiba-tiba seseorang menyahut dari belakang..
"eh", sambil bingung karena ini pertama kalinya nyapadan aku ga kenal dia, cuman sempat melihatnya saat upacara.
"Mau shalat yah, gimana Teater? rame disana?" Senyumnya terpancar manis, dengan wajah berkeringat dan rambut tipisnya yng berjuntai ke depan.
"iyah mau shalat dulu, nanti balik lagi istirahat, ikutan ekskul apa? Basket?", sambil menjaga jarak untuk berjalan bersebelahan dengannya.
"Haha.. keliatan kaya anak basket yah. Engga aku anak DKM, ga keliatan yah? hahaa" tertawanya seakan menutupi malunya dengan statement yang barusan dia lontarkan.
"hee.. ga juga koq. Tapi iyah sih ga mencerminkan. eh." tersadar takut dia tersinggung, tapi ternyata dia menanggapinya dengan senyum merekah dan berkata 
"Aku Regi Saksono, kamu Keyla kan", ucapnya sambil menatapke depan dan melihat jam.
"Shalat bareng yuk Keyla." Sambungnya sambil melontarkan senyum manis ditambah lesung pipitnya yg ada di sebelah bibir kiri.
"Iyah" Akupun menjawab dengan senyum merekah dan tetap berjalan pelan menurutinya.
Daun-daun beterbangan tertiup angin, lapangan yang luas tertapaki sepasang mudamudi yang tersipu malu menyebrang ke arah utara. Langit seakan mendukung suasana ini, dengan menyempilkan sinar matahari yang membuat hangatnya udara.

Dia pun menoleh dan tersenyum, "Aku suka suasana kaya gini, tenang." sambil melihat namaku dibaju seragam.
"Salam kenal Keyla Sasmia', senyumnya 
"Salam kenal juga Regi Saksono," akupun tak maukalah dengannya.
Akhirnya akan ada cerita manis yang akan terukir dibulan Juli ini, di sekolah ini.

***