Wednesday, December 24, 2014

BELIEVE (1.3)

Part 2. Metamorfosis
Diiringi hujan, hiruk pikuk klakson sana-sini tidak menghalangi tetesan hujan yang mengukir gelombang di jendela angkutan umum berwarna kuning yang sering kunaiki. Tetesan itu pun berkumpul disela jendela kaca yang sebagian beterbangan. Tanpa kusadari, sembari kuperhatikan tetesan tersebut akupun tersenyum kecil dengan hati berbunga seakan pemandangan kota padat ini, indah terlihat dengan alunan musik nan romantis.
Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seorang siswi yang jauh dari kata beken. Dandananku yang sederhana namun aku nyaman dengannya. Rok abu yang dibawah lutut, baju seragam yang kelonggaran, ikat pinggang menjuntai dan kaos kaki tebal yang bertuliskan 'SMA Tirta' semata kaki. Tapi, dengan penampilan seperti ini, apakah salah kalo aku berharap akan adanya cerita indah di bangku SMA ini?
Semasa ku sekolah sampai masuk SMA ini bukan berarti tidak indah, cuman kujalani dengan serius. Bukan berarti serius dalam arti sebenarnya, cuman perihal 'rasa', 'suka-sukaan', 'demen-demenan' ato apalah namanya, aku tidak terlalu memerdulikannya. Hmm... mungkin 'Cinta Monyet' kali yah yang aku maksud. Kalo diingat-ingat track recordku not bad juga. Well, gini2 aku pernah ditembak sama cowo, bukan cowo lebih tepatnya anak laki-laki yang masih anak ingusan haha.. Bahkan kata 'tembak' aja, sempat aku lontarkan pertanyaan.
"Key, jadian yuk?" "Koq, malah diem aku tembak gini?"
"Hah? Apaan tembak?" semabri bingung dan memang aku serius ga tau maksud dia di masa itu.
Dan malah aku pernah dikejer2 sampe rumah dan hampir mau masuk selokan saking takutnya, haduhhh baru umur 12 tahun, apa sekarang masih zaman kejer2an yah ato dah berubah jadi kejer2an punya HP paling anyar?.Hmm dan penyakitnya lagi, aku pernah sampe ketakutan tingkat tinggi sampe keringet dingin.
"Key, ini surat buat kamu bacanya di rumah yah", temanku Sari tersenyum jahil sambil memasukkan sepucuk surat ke dalam tas ransel merahku.
"Oh Okey.." tersenyum dengan polosnya.
Sesampai di rumah, saat membuka pintu rumah langsung kupanggil sodara yang berbeda 3 tahun dibawahku.
"Diah!! sini... Kita main monopoli yuk", merebahkan diri sejenak di sofa.
"Iya Kak Keyla!!", langsung meluncur ke tempatku berada.
"Aku maininnya yang merah yah kamu kuning." perintahku.
"Okey!!" semangat 45 skali sodaraku ini.
Saat kulihat tas, ku tersadar akan surat persabahatan yang tak sabar ingin kubaca."Eh Diah, tadi temen sekelasku ngasih surat, baca bareng yuk.. kayanya surat2an kaya diari2. Ga nyangka, dia nganggep aku sahabatnya."
"Baik!!!" jawabnya masih dengan semangat 45.
Kubuka pelan-pelan suratnya, karena sang surat terlipat rumit seperti origami yang diorigamikan.Lalu kubaca dengan sangat hati-hati, karena tulisannya tingkat Dewa karena sudah melebihi teknis penulisan tingkat dokter ahli super specialis.Saat kubaca kata demi kata, dengan perasaan yang sangat luar biasa antusias, kumulai mengerenyitkan dahi. "Lho? Lho lho?"
"Kenapa Kak Keyla?? Tulisannya terlalu bagus yah, jadi bingung?" entah apakah Diah ini menyindir, atau memang baginya ini tulisan paling indah yang pernah dia lihat di masa itu.
Aku terhipnotis dengan kata Diah, jadi kucoba membacanya kembali dari awal.
"Keyla, senyummu manis seakan membuyarkan nirwanaku. Aku terpesona dan tersanjung saat melihatmu dan ..." bacaku dalam hati (harap perlu diketahui kalo Terpesona dan Tersanjung itu sinetron yang lagi ngeHITS banget di zaman itu, ups ketauan deh tuwirnya)
"Apaan ini?!!!! Ini mah APA?? APA INI?!!" teriakku.
"Kenap Kak, kenapa?? Ada yang minjem uang yah" Apa sih ini sodara gue.
"Keyla..." Panggil Ibuku dari arah belakang rumah sembari menghampiri ke arahku. Sebelum terjadinya pertemuanku dengan Ibunda. Kulangsung lari terbirit sembari menyeret Diah keluar rumah, hingga berjarak 2 Meter dari rumah dan terdiam di sebelah selokan. Diah masih dalam keadaan kebingungan.
"Ga bener ini, ga bener... " tanganku berkeringat dingin dan mulai meremas-remas surat itu.
"Kenapa? Kakak ga punya uang yah buat minjemin. Pake uang monopoli aja Kak" Diah mencoba mencari solusi, yang sedari tadi menyeretnya pergi dari rumah namun dianggap tak ada olehku.
"Ah, Ga Tau, Ini Ga boleh ada yang tau!! Mesti dimusnahin ini!" tanpa sadar kusobek2 hingga menjadi seperratus bagian surat, lalu kubuang ke selokan. Dan melengos pergi ke rumah.
"Kak, ini jadinya main monopoli apa main petak umpet?? 25nya di selokan Kak?!" Akupun berlalu tanpa mendengar teriakan Diah dan berharap ini ga pernah terjadi.
Keesokan harinya, Sari bertanya "Key, dah dibaca suratnya?"
"Surat?" Ritual penghilang ingatan ampuh juga, walopun meninggalkan korban Diah yang menangis karena ga berhasil menemukanku yang sedang semedi di kamar mandi.
"Iya, surat yang kemarin aku kasih" Sial, pupus sudah hasil ritualku itu, smua mulai terekam lagi kejadian kemarin.
"Ih, apaan surat kaya gituan. Kamu jahil yah?"
"Yee, itu bukan dari aku. Tapi dari Deni"semabari menunjuk si tersangka.. "HAH?!" Apaan ini, dia kan siswa pindahan, ga terlalu kenal juga, lagipula dia anak beken yang SD lainpun tau dia.
Tapi entah ini berkah ato petaka, dengan adanya dia. Ga sedikit orang yang berkata "Apa bagusnya kamu?"

Inilah yang membuatku seperti es batu. Semasa menduduki bangku SMP, hal ini pun terjadi dengan bantuan perantara. Saat ujian berlangsung, mungkin karena kurang ruang kelas ato apa, sebangku itu 2 orang namun yang kiri kelas 1 yang kanan kelas 2. Selesai ujian, saat kubaca buku dibangkuku, senior yang duduk didepanku berdiri di depan pintu yang sedari tadi melihatku, dia asyik mengobrol dengan seorang laki2. Dia lalu datang menghampiri bangkuku.
"Key, kamu kenal Tyo ga?" tanyanya. "Tyo?? engga tau, emang kenapa Kak?"
"Yang tadi pake topi hitam." "Hah yang mana??"tanyaku
"Lho, yang tadi di depan pintu." jelasnya
"OO... yang pacar kakak tadi? Engga kenal." 'emang dia pake topi hitam ya? ya ampun ampe hafal gitu sm pacar, pasti mau curhat ttg pacarnya nih, aduuh kan mau baca dulu sebelum ujian, gimana ya?'dumel dalam hati.
"Eh bukan pacar aku itu. Malah tadi di depan pintu, dia bilang suka sm kam. Dia minta tolong aku sampein".ungkapnya
"Apa?? Keyla ga kenal dia malah aku sangka itu pacar kakak dan g pernah ketemu sebelumnya" makin ga masuk akal, dan makin pengen pindah bangku.
"Dia merhatiin kamu waktu camping, dia di tenda Paskibra. Dia mulai suka kamu disana."
"Haa?? Ga mungkin... Salah orang kali" bantahku. Ya gila ajah, camping waktu itu ga ada air. dan di tenda aku ga ada yang mandi. Bajunya aja sweater yang kemarin. Mana bisa narik orang buat merhatiin aku yang kaya gitu. Apalagi sepintas tadi, dia termasuk orang yang berselera bagus. Kayanya bener2 salah orang deh.
"Yaudah nanti aku tunjukin orangnya ya"
Akupun tak menjawab dan langsung tenggelam dalam bacaanku.
Sepulang ujian, senior akupun menepati janjinya yang sama skali aku ga ingat, "Tug Key, yang rambutnya kaya Tin2 depan, sengaja aku suruh dia ga pake topi biar kamu jelas lihatnya"
Bukannya td dia pake topi ya katanya, koq bisa tin2nya tuh tegap berdiri gitu. "Oh yang itu" akupun menjawab dengan cuek, dan kupikir dia pasti salah orang, lagipula mau ngapain kalo dah saling tahu. Sang seniorpun menghela napasnya, mungkin dia merasa seperti berbicara sama es tanpa respon sama skali. Aku ga mau diberikan pertanyaan lagi, "kamu punya apa?"
Alhasil, ini membuat suasana kikuk kalo kita berpapasan. Dan berakhir dengan kata "Makasih" yang dia ucapkan saat dia melepas masa SMPnya dan aku menjadi paling senior di sekolahku.
Kalo ingat sekarang, aku ingin bertemu dengannya skali lagi. Tapi walopun aku bertemu dengannya, aku g akan sadar, aku lupa dengan bentuk mukanya, yang kuingat hanya rambut tin2nya yang mungkin skrg sudah berubah menjadi Mohawk hehee.
Tapi yang paling aku kaget, saat kukira teman yang duduk di belakangku berpacaran dengan teman sebangkuku berdiri di panggung yang bisa dibilang "Katakan Cinta ala anak SMP" di waktu perpisahan kita. Yang kukira akan menyeret teman sebangkuku tapi yang disebut "namanya Keyla", serentak akupun diserbu para panitia, dan akupun berontak seperti halnya demo bentrokan anatar polisi dan mahasiswa. Sampai akhirnya aku terdiam, disaat sang Ketua Osis berkata "Hargain Miki, dia dah berkorban malu di depan sana". Dan akhirnya kuikuti keinginan sang ketua Osis, berjalan ke depan tanpa berkata ,memerhatikan sekitar dan bergerak mundur menjauhi si katakan cinta ini, dia pun menunggu jawabannya, lama kemudian sang Ketua OSIS berkata lagi "ambil bunganya", kayanya dia seorang hipnotis kelas kakap, karena kulangsung ambil bunganya dan berontak pergi. Namun keesokan harinya, aku meminta untuk bersikap seperti biasa kepadanya. Responnya entahlah seperti apa aku bener-bener lupa.yang kuingat hanya keluhan dan cibiran para Guru saja dan teman-teman yang lain.Inilah yang membuatku semakin yakin tak ingin berbeda dan menutup diri. Tapi apa yang aku lakukan, bahkan aku tidak meminta untuk menjadi berbeda.
 Penutupan diri ini berlangsung sampai kumasuk SMA sekarang, sampai akhirnya kubertemu dengan DUO Lenje yang terdiri dari 2 orang laki-laki dengan tinggi badan 175cm berhidung mancung, gerakan luwes namun bersikap abnormal hahaa.. dan 1 lagi semenjak kutemukan kenyamanan berekskul di Teater. 2 hal inilah yang membuatku mulai terbuka dan semakin bisa untuk mengeksplorasi diri.
Aku bahagia dengan keadaan sekarang...
Tapi tak kusadari ternyata hal ini akan membawaku banyak petaka di masa datang...

***